-->

Notification

×

iklan

Iklan

IMG-20240221-170348

Pahlawan Rendah Hati itu Telah Pergi: RIP Pastor Leo Joosten, OFM Cap

Senin, 01 Maret 2021 | 15.56 WIB Last Updated 2021-03-01T11:05:04Z
RIP Pastor Leo Joosten OFM Cap.
Samosir(DN)
Umat Katolik di tanah air, khususnya Keuskupan Agung Medan, Sumatera Utara berduka. Misionaris Belanda yang telah menghabiskan separuh hidupnya mengabdi di Tanah Batak, Pastor Leo Joosten, OFM Cap telah berpulang.

Pastor Leo Joosten Ginting, OFMCap kelahiran Nederwetten, Belanda, 9 September 1942 yang telah berkewarganegaraan Indonesia itu, menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (28/2/2021) dinihari di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan.

Semasa hidupnya, Pastor Leo dikenal ringan tangan, rendah hati dan tulus. Ludovikus Nadeak, salah satu umat Katolik mengungkapkan rasa kehilangan yang mendalam atas kepergian almarhum.

”Kita kehilangan pahlawan yang hebat. Tak cukup kata-kata, tak cukup cerita, kisah, tak cukup lagu untuk mengungkap kekaguman dan terimakasih atas semua jasa, karya dan pengorbanan Pastor Leo yang luar biasa. Ia adalah pejuang iman, kemanusiaan dan budayawan sejati," ungkap Ludovikus Nadeak, Senin, 1 Maret 2021.

Diceritakan, meski beliau lahir di keluarga bersahaja, baik dan pendoa, anak ke-8 dari 11 bersaudara itu rela meninggalkan kenyamanan untuk melayani di tanah air.

Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, kata Ludi, dia datang ke Indonesia saat perang dunia II masih berkecamuk. Dia jatuh cinta dengan keramahan masyarakat Batak tempatnya mengabdi. Dan di tahun 1994, ia memilih menjadi warga Negara Indonesia.

"50 tahun atau 3/4 dari hidupnya diabdikan di Indonesia, di tanah Batak, Paroki Pakkat, Parlilitan, Paroki Pangururan, Paroki Kabanjahe dan Paroki Berastagi sebagai imam buat semua. Ia telah meraih piala emas imamat dan karya di Indonesia," tambah Ludo.

Dirinya merinci sejumlah karya dan pengabdian besar Pastor Leo selama mengabdi di Tanah Batak. Yakni puluhan ribu orang telah ia baptis, ribuan orang telah diberkati janji sucinya, telah dibantu pendidikannya, telah dibantu dari sakit, derita dan tersisih, telah diangkat dari kemisikinan dan himpitan ekonomi, telah menginspirasi orang menjadi Biarawan/Biarawati.

Tak hanya itu, ratusan gereja telah dibangun; puluhan sekolah dan rumah sakit/Balai Pengobatan telah didirikan. Bahkan telah dibangun gereja yang sangat monumental: Gereja Inkulturatif Batak Toba di Pangururan, Samosir dan Gereja Inkulturatif Batak Karo di Berastagi.

Juga telah dibangun museum yang luar biasa: Museum Pusaka Batak Toba di Pangururan dan Museum Pusaka Karo di  Berestagi; cipta dan rawat CU. Pardomuan, Pakkat/Parlilitan, CU terbesar dan terbaik di Indonesia, yang sangat fenomental dan melegenda, serta mengangkat masyarakat Pakkat/Parlilitan dari kemiskinan dan ketertinggalan.

"Puluhan buku telah ia tuliskan, khususnya tentang perjuangan dan pelayanan misionaris dari Eropa di Sumut, budaya, silsilah dan kamus Batak Toba dan Batak Karo. Banyak karya dan pelayanan lainnya yang sungguh luar biasa," tuturnya.

Pastor Leo juga dikenal sebagai orang selalu penuh semangat, dengan semboyan “Tidak ada alasan untuk mengeluh” dan tidak pernah menceritakan, apalagi membanggakan semua karya-karyanya yang luar biasa, spektakuler dan telah menjadi keajaiban itu, dengan selalu berucap: “Dang adong dope na hu bahen, biasa-biasa dope Au”. (Belum ada yang saya perbuatan, masih biasa-biasa saja).

Dikatakan Ludo, umat Katolik Keuskupan Agung Medan tadinya berencana membuat acara ucapan syukur atas 50 tahun Imamat dan 50 tahun telah berkarya di Indonesia, di bulan Juni 2021 ini, setelah 2 x tertunda karena pendemi Covid-19.

"Namun pastor memilih hanya dalam segala kepasrahan pada Tuhan merayakannya menjadi perayaan iman bersama Bapa di surga," ungkap putra kelahiran Tanjung Bunga Pangururan itu.

Ludo bersyukur karena masih sempat bertemu dan saling menyapa di Webinar (online) “50 Tahun Imamat Pastor Leo Joosteen, OFM Cap” pada 27 Juni tahun lalu dan Webinar ulang tahunnya yang ke-78 Tahun pada 9 September 2020 lalu.

"Damai dan tenanglah pahlawanku. Engkau telah memenangkan kehidupan dunia dan kebahagiaan akhirat. Kami akan selalu mengenangmu. Duka ini telah memuncak dalam doa dan syukur. Dalam iman yakin berucap: "Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberi kami hadiah istimewa: PASTOR LEO JOOSTEN," pungkas Ludovikus Nadeak.

Sebelum meninggal, Pastor Leo Joosten melayani selama 12 tahun di Pakkat-Parlilitan, 15 tahun di Pangururan, dan 20 tahun di Tanah Karo.

Ia juga telah merampungkan tulisannya yang menarasikan perjalanan hidupnya sebagai imam dan saudara kapusin. 50 tahun berkarya menjadi missionaris di Indonesia terbit setebal 628 halaman. Berisi karya-karya, kisah dan kesan banyak pihak terhadap beliau.

Leo Joosten Ginting, OFMCap merupakan seorang pastor yang telah berkewarganegaran Indonesia dan oleh masyarakat Karo di desa Suka, Tanah Karo, pada tahun 1999, secara adat telah ditabalkan bermarga Ginting Suka bere-bere Sitepu.

Pastor Leo tidak hanya seorang rohaniawan tapi juga seorang budayawan yang sangat mengagumi dan ikut melestarikan budaya Indonesia. Beliau merupakan ketua Lembaga Pusaka Karo, pendiri Museum Pusaka Karo.

Saat ini jenazah almarhum Pastor Leo Joosten OFM Cap disemayamkan di Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi, Berastagi sampai Selasa siang.

Pemakaman dilakukan pada Selasa 2 Maret, misa pemberangkatan akan dipimpin oleh Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung OFMCap. Dan dikebumikan di Sinaksak, Siantar.(SBS).
×
Berita Terbaru Update