Ketua Fraksi Nasdem, Polma Hasehaton Gurning. |
Samosir(DN)
Tahun 2004 silam, mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri menaburkan jenis ikan baru di perairan Danau Toba yakni ikan pora-pora.
Ikan air tawar yang bersisik warna putih dan panjang hanya antara 10-12 sentimeter (lebih kecil dari ikan mujahir, apalagi ikan mas atau lele) ini berhasil berkembang biak dengan baik di Danau Toba.
Sejak itu, populasi ikan pora-pora dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang luar biasa. Dan keberadaannya sangat membantu ekonomi masyarakat. Karena menjadi salah satu sumber penghasilan nelayan di perairan Danau Toba.
Bagaimana tidak, tiap harinya puluhan ton bisa dihasilkan setiap hari dan dibawa hingga ke luar Sumatera Utara. Hanya dengan menjala dari pinggir danau, ikan pora-pora biasanya mudah didapat.
Namun, enam tahun belakangan ini, produksi ikan pora-pora tersebut mulai menurun drastis. Dan kini, ikan yang menjadi andalan Danau Toba tersebut telah menjadi kenangan, punah.
Atas kondisi itu, Komisi II DPRD Samosir yang membidangi pertanian, perikanan dan peternakan melakukan kunjungan kerja ke Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera untuk membahas soal rencana pemusnahan ternak babi, punahnya ikan pora-pora, Ihan Batak dan sulitnya ikan mas berkembang biak di Danau Toba.
Kepada Durasi News, Ketua Fraksi Partai Nasdem, Polma Hasehaton Gurning menceritakan, dirinya bersama anggota komisi II DPRD Samosir pada Selasa, 25 Februari 2020 lalu melakukan kunjungan kerja ke Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Utara.
Menurut Polma, dari pertemuan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan tersebut, punahnya ikan pora-pora di Danau Toba sejak muncul dan berkembang biaknya ikan kecil yang mirip bawal. Meski tubuhnya kecil, diduga ikan itu merupakan predator bagi ikan pora-pora.
Ikan yang berwarna kuning terang dan bersisik ini memiliki gigi yang tajam dan sangat mudah ditemukan di Danau Toba karena tingkat reproduksinya yang tinggi namun tidak memiliki nilai ekonomis.
Ikan kaca (menurut orang Samosir) inilah yang begitu rakus memakan benih-benih ikan pora-pora, nila, Mujahir, ikan mas dan udang.
"Kami (Komisi II) mewakili nelayan Samosir, tidak butuh bantuan restocking bibit ikan di Danau Toba. Kita minta dinas kelautan dan perikanan untuk menghidupkan kembali ikan pora-pora di perairan Danau Toba dengan cara dicarikan solusi memusnahkan ikan predator pora-pora," ungkap Wakil Ketua Komisi II DPRD Samosir tersebut.
Polma meminta pemerintah Provsu bertindak sigap untuk memusnahkan ikan bersisik perak supaya ikan pora-pora dan ikan lainnya yang ditaburkan ke Danau Toba, bisa berkembang biak.
Dirinya mengharapkan pemerintah bisa memberikan solusi untuk memusnahkan ikan pemangsa ini. Karena ikan pora-pora yang berkembang biak selama ini di Danau Toba telah memberikan rejeki tersendiri selama hampir satu dekade.
Sehingga punahnya populasi ikan pora-pora sangat dirasakan masyarakat nelayan yang menggantungkan ekonominya dari ikan tersebut. Juga langkanya konsumsi lauk yang murah dan bergizi dari perairan Danau Toba.
Bahkan Polma meminta bila nantinya ikan pora-pora telah bisa hidup kembali di Danau Toba, agar pemerintah juga harus membuat larangan penangkapan ikan di muara sungai tempat perkembangbiak atau berpijah (bertelur)nya ikan pora-pora. Sehingga tidak tergantung populasinya.
"Intinya kita mengharapkan kembalinya kejayaan ikan pora-pora di perairan Danau Toba seperti sediakala. Kalau populasi ikan pora-pora, Ihan dan ikan mas meningkat maka produktivitas tangkapan nelayan pun akan meningkat juga yang berdampak kepada peningkatan ekonomi masyarakat,” pungkas Polma.(SBS).