-->

Notification

×

iklan

Iklan

IMG-20240221-170348

Jangan Biarkan Rumah Besar Bernama Indonesia Koyak, Ayo Stay At Home!

Jumat, 24 April 2020 | 12.33 WIB Last Updated 2020-04-26T02:25:42Z
Ilustrasi.(Liputan 6.com).
Oleh: Suriono Brandoi Siringoringo
Sudah hampir dua bulan virus corona virus disease 2019 atau covid-19 mewabah di tanah air, sejak kasus ini diumumkan pertama kali pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Jokowi.

Makin hari bukannya makin berkurang yang terinfeksi, justru sebaliknya. Makhluk ini kecil, lagi tak kasat mata. Tapi coba kita lihat, akibat ulahnya, per hari ini, 24/4 hampir 8.000-an manusia di Indonesia sudah terpapar covid-19.

Awal Maret hingga medio April, lonjakannya seperti Titanic menabrak gunung es di lautan. Masihkah kita abai terhadap imbauan pemerintah? Masihkah kita ketawa ketiwi melihat fenomena covid-19 ini?

Tentu kita semua berharap, tidak ada kasus corona virus disease 2019 atau covid-19 yang menjangkiti daerah kita Kabupaten Samosir, baik itu PDP, suspect, apalagi positif covid-19. Itu harapan kita semua.

Namun, harapan itu bisa bermain hanya di tataran khayalan jika semua imbauan, anjuran atau apalah namanya, juga kita abaikan, sehingga kesannya menganggap remeh covid-19 ini.

Pada Kamis (16/4/2020) lalu, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo dalam rapat terbatas melalui konferensi virtual mengatakan virus corona atau Covid-19 hilang dari Indonesia pada akhir tahun 2020.

Kenapa presiden memprediksi sampai selama itu? Saya menduga, karena beliau melihat kita rakyat masih banyak yang tidak mengindahkan imbauan pemerintah. Sehingga hari ke hari, pasien virus Corona kian bertambah.

Padahal Presiden Jokowi acap kali berucap, virus ini jangan dibawa bercanda. Virus ini harus disikapi lebih serius agar kehidupan kembali lurus, situasi menjadi normal dan masyarakat kembali tenang beraktivitas.

Janganlah kemudian kita merasa aman di zona hijau, lalu abai atas semua imbauan yang dikeluarkan pemerintah. Bangsa ini besar. Jadi jangan biarkan virus kecil ini mengoyak rumah besar bernama Indonesia. 

Bukankah lebih baik kita mencegah daripada mengobati. Apakah nanti pemerintah menetapkan daerah kita menjadi zona merah baru kita ingin patuh? Apakah nanti ada yang terpapar baru kita kalang kabut mendiami rumah.

Ingatlah kawan, virus kecil ini sudah menjangkiti 32 provinsi di Indonesia. Padahal virus ini sejatinya tidak pernah bergerak, tapi kenapa bisa menular antardaerah, karena manusialah yang membuat dia bergerak.

Langkah antisipasi dan imbauan sudah dikeluarkan berkali-kali oleh pemerintah kita. Tinggal manusianya mau atau tidak mematuhi ini.

Patuh berarti ada harapan memutus mata rantai penyebarannya. Abai berarti masih panjang perjuangan melewati masa pandemi, yang tentunya akan banyak lagi korban berjatuhan.

Entah siapa. Bisa saya, kamu, kita, kami, kalian, dan mereka.  Bisa anak-anak, bisa anak muda, apalagi orang tua. Semua potensi terpapar.

Simalungun sudah ada yang positif. Bahkan Sidikalang juga. Kedua daerah ini dekat dengan kita. Ingat, secara nasional Sumut ada di posisi sebelas terbanyak kasus positif.

Kita mau melaju atau melambat, semua kembali ke kita. Kalau kita ingin saling menguatkan, ayo kita sama-sama melawan dengan cara ibadah di rumah, belajar dari rumah, dan bekerja dari rumah.

Kalau terpaksa ingin keluar, ayo, patuhi protokol kesehatan, serta tetap menerapkan physical distancing dan social distancing.

Terlebih bagi para perantau. Tetaplah di kota masing-masing. Tidak usah pulang kampung. Tunda sampai keadaan lebih aman. Doakan keluarga dalam keadaan baik-baik saja. Semoga dalam waktu secepat mungkin kondisi bisa pulih kembali.

Pengorbanan dalam penanganan Covid-19 selama ini jangan sampai menjadi tidak terkendali karena jumlah pemudik yang besar. Untuk itu, menunda mudik sampai keadaan benar-benar dinyatakan aman menjadi pilihan terbaik dan menjadi bagian kasih sayang terhadap keluarga.

Bantu pemerintah, bantu petugas kesehatan, paramedis, bantu keluarga dan bantu diri sendiri. Siapa lagi kalau bukan kita. kapan lagi kalau bukan dari sekarang.

Ayo, saling menguatkan, saling melengkapi, serta saling memberikan semangat. Bukan saling menyalahkan. Lupakan perbedaan dan mari bersatu, kita nyatakan perang terhadap virus corona yang sudah mengoyak kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi kita.

Ayo saling memberikan manfaat. Cari informasi yang bisa mengedukasi sekaligus memperkuat imun kita. Stay at home, PUJI TUHAN, KITA BISA.
×
Berita Terbaru Update